LAPORAN PRAKTIKUM SUKSESI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Ia selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar, kadang-kadang kecil. Perubahan itu terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia (Soemarwoto, 1983).
            Suksesi merupakan proses perubahan yang berlangsung secara beruntun dari komunitas tumbuhan pelopor dengan biomassa kecil. Tetapi lahan hidup di kawasan yang gersang dan kerdil menjadi komunitas belukar dan kemudian menjadi hutan dengan biomassa lebih berat, setelah kawasan itu cukup subur untuk mendukung kehidupan yang lebih kaya raya serta anekaragam. Pohon kaya di dalam hutan jauh lebih besar dengan komunitas asalnya yang hanya terdiri atas jenis tumbuhan herba seperti lumut kerak, lumut daun, paku-pakuan, dan sebagainya (Suharno, 1999)
            Barangkali yang paling kontroversial dari kecenderungan suksesional menyinggung keanekaragaman, variasi jenis, yang dinyatakan sebagau nisbah jenis-jumlah atau nisbah luasnya daerah, cenderung meningkat selama tahap-tahap dini dari perkembangan komunitas. Perilaku komponen “kemerataan” dari keanekaragaman kurang dikenal dengan baik. Sementara peningkatan keanekaragaman jenis bersama-sama dengan penurunan dominansi oleh salah satu jenis atau kelompok kecil jenis (yakni peningkatan pemerataan atau penurunan redunansi) dapat diterima sebagai kemungkinan umum selama suksesi. Ada pula perubahan komunitas lainnya yang dapat bekerja berlawanan dengan kecenderungan ini (Odum, 1996).
1.2 Tujuan Praktikum
            Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh suksesi tumbuhan rumput – rumputan disekitar kampus UNTAN.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang lama. Namun yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi. Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar- akar tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organik (Resosoedarmo, 1989).
            Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas. Nama ini harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara yang sederhana adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang dapat membayangkan apa yang dimaksud jika kita berbicara mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini menunjukkan bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering kali di dalam suatu komunitas terdapat satu atau dua tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan ini merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini. Organisme yang memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan suatu spesies dominan dalam komunitas ini (Wirakusumah, 2003).
.           Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis (Desmukh, 1992).
            Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
  1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarpaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores.
  2. Berdasarkan habitat fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan dan sebagainya.
  3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi rata sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.           
Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya. Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungannya (Michael, 1994).                                                                                 
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu pola yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan bagian lain dari bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas. Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-daun, ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).   

















BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain parang, meteran, dan cangkul.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tali rafia dan kayu pancang.
3.2 Cara Kerja
            Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum suksesi adalah sebagai berikut :
3.2.1. Menetapkan lahan yang akan digarap, kemudian mencatat data awal kondisi lingkungan dan vegetasi dari lahan tersebut.
3.2.2. Membersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput-rumputan dan tumbuhan yang hidup pada lahan tersebut.
3.2.3. Petak lahan berukuran 2 x 2 m2 dibagi-bagi menjadi 4 petak kecil yang berukuran 1 x 1 m2 , dengan menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafia. Selanjutnya membiarkan petak pengamatan tersebut selama satu minggu.
3.2.4. Setelah satu minggu mengamati jenis tumbuhan yang tumbuh pada masing-masing petak dan mencatat mengenai jumlah dan jenis tumbuhan yang ada.
3.2.5. Pengamatan petak percobaan dilakukan setiap minggu selama 5 minggu.
3.2.6. Mencatat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan membandingkan hasil pengamatan dari setiap minggu.
3.2.7. Setelah 8 minggu, menghitung kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting dari kondisi vegetasi sebelum dan sesudah suksesi dengan menggunakan rumus.
3.3 Analisis Data
                                    Jumlah individu
a. Kerapatan (K) =
                                    Luas area sampel
                                                            Kerapatan jenis
b. Kerapatan Relatif (KR) =                                                               x 100 %
                                                            Kerapatan seluruh jenis
                                    Individu yang terdapat dalam plot

c. Frekuensi (F) =

                                                Luas area sampel


                                                            Frekuensi Jenis

d. Frekuensi Relatif (FR) =                                                                 x 100 %

                                                            Frekuensi seluruh jenis


e. Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR



















4.2  Pembahasan
            Empat macam spesies pada saat sebelum sukesi, yaitu Graminae, Cyperus sp., Paspalum, dan Colocasia esculenta. Dari keempat spesies tersebut, tumbuhan Graminae paling mendominasi dengan jumlah sebanyak 80-90% seluruh jenis pada tiap plot.Setelah dilakukan sukesi dan dibiarkan selama satu minggu, ternyata tumbuhan yang pertama kali tumbuh adalah Graminae, Cyperus sp., Paspalum, dan Spesies 1. Ini menunjukkan bahwa Graminae, Cyperus sp., Paspalum, dan Spesies 1 bertindak sebagai tumbuhan perintis (pionir). Setelah itu baru kemudian tumbuh Spesies 2. Setelah 5 minggu, kita dapat mengamati bahwa telah terjadi suksesi pada lahan garapan, yang ditandai dengan terbentuknya komunitas baru.
            Komunitas baru yang terbentuk ini terdiri dari 2 macam spesies, yaitu Spesies 1 dan Spesies 2. Komunitas ini berbeda dengan komunitas awal yang terdiri dari 4 jenis spesies. Dari komunitas awal, jenis spesies yang kembali tumbuh pada komunitas baru adalah Graminae, Cyperus sp., dan Paspalum. Sedangkan Colocasia esculenta tidak tumbuh lagi. Spesies 1 dan Spesies 2 yang tumbuh pada komunitas baru merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari komunitas awal. Ini menunjukkan bahwa suksesi yang terjadi pada lahan garapan adalah suksesi sekunder, yaitu suksesi yang terjadi jika suatu komunitas baru muncul dan berkembang pada habitat yang pernah ditumbuhi oleh komunitas lain. Selain itu, bibit atau benih Spesies 1 dan Spesies 2 yang tumbuh pada komunitas baru bukan berasal dari habitat awal lahan tersebut.
            Indeks Nilai Penting (INP) dari komunitas baru yang tumbuh akibat proses suksesi sekunder. INP disini berdasarkan grafik juga berkaitan erat dengan kerapatan relatif dan frekuensi relatif dari vegetasi Spesies 1 dan Spesies 2. Pertama kita lihat data kondisi vegetasi sebelum terjadi suksesi. Dari hasil pengamatan, kita dapat melihat bahwa tumbuhan Graminae memiliki INP yang paling tinggi dibanding tumbuhan Cyperus sp., Paspalum, dan Colocasia esculenta. Berbeda pada data kondisi vegetasi setelah terjadi suksesi. Paspalum memiliki INP yang lebih tinggi dibanding dengan Graminae, yaitu sebesar 256,87 %. Sedangkan INP Graminae hanya sebesar 182,76%.
            Tumbuhan Paspalum memiliki tingkat kerapatan dan frekuensi yang relatif lebih tinggi dibanding spesies yang lain, sesudah suksesi. Tumbuhan Paspalum bersifat dominan atau mendominasi pada lahan tersebut, sehingga memiliki frekuensi jumlah individu yang relatif lebih tinggi dibanding spesies lain. Paspalum juga memiliki tingkat kerapatan populasi yang relatif tinggi dibanding spesies lain.
            Paspalum tumbuh kembali dan mendominasi pada komunitas baru. Dengan demikian, Paspalum memiliki INP yang lebih tinggi dibandingkan Spesies 1 dan Graminae, yaitu sebesar 256,87%. Sedangkan INP Spesies 1 hanya 224,01%, Graminae 182,76% dan Spesies 2 hanya 128, 36% . Hal ini menunjukkan bahwa Paspalum mendominasi pada komunitas baru. Selain itu, Paspalum juga merupakan tumbuhan perintis (pionir) yang pertama kali tumbuh pada lahan tersebut. Sehingga lama kelamaan jumlahnya semakin bertambah dari minggu ke minggu. Paspalum dan Graminae dapat tumbuh kembali karena mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Sedangkan spesies lainnya yang tumbuh pada komunitas awal tidak dapat tumbuh kembali karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru.



























BAB V
KESIMPULAN

            Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengaruh Graminae kurang dominan pada saat keadaan setelah terjadinya suksesi. Akan tetapi jenis rumput lainnya seperti Paspalum memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap jenis vegetasi dan dominansi pada lahan di sekitar kampus UNTAN.


















DAFTAR PUSTAKA

Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Soemarwoto, O., 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.
Soeriatmadja, R. E., 1977, Ilmu Lingkungan, ITB, Bandung.
Suharno, 1999, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Wirakusumah, S., 2003, Dasar-dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu Lingkungan, UI Press, Jakarta.
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,
Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. PT. Gramedia.Jakarta.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU PENDIDIKAN ISLAM (IPS)


1. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
            Pengertian ilmu” pengetahuan yang disusun secara sistematis, rasional, empiris dan universal. Pendidikan menurut Abdullah Rahman An-Nahlawi berasal dari kata Tarbiyah:
-­rabb yarbuu: bertambah dan tumbuh
-Rabiya yarbu: tumbuh dan berkembang
-Rabba yarbu: memperbaiki. Menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara;
Adapun makna tarbiyah:
-Memelihara fitrah manusia
-Menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya
-Mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjad agar baik dan sempurna
-Bertahap dalam proses
Pendidikan adalah
oProses yang mempunyai tujuan
oPendidik yang sebenarnya adalah Allah karena Dialah yang menciptakan fitrah manusia
oPandidikan menghendaki penyusnan langkah-langkah sistematis yang harus dilalui secara bertahap oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran
oPendidikan harus mengikuti hukum-hukum pencipta dan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah
Makna ta’lim menurut Abdul Fattah:
oProses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengara, penglihatan dan hati
oProses ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan pada wilayah kognisi semata, melainkan wilayah psikomotor dan efeksi.

Jadi ilmu pendidikan islam adalah
1.Ilmu tentang mendidik agar manusia beragama islam
2.Ilmu pendidikan yang berdasarkan islam
Konsep dasar pendidikan islam yakni usaha, kemanusiaan, perkembangan, proses, bimbingan oleh manusia secara sadar.
Ruang lingkup pendidikan islam ada tujuh:
1.Kehidupan beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam
2.Kehidupan keluarga, agar perkembangan menjadi keluarga sejahtera
3.Kehidupan sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia lain
4.Kehidupan politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan islam
5.Budaya, agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma
6.Ekonomi, terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT
7.Pengetahuan, bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia yang dikendalikan oleh iman
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Adalah merupakan landasan operasional yang digunakan untuk merealisasikan dasar ideal atau sumber pendidikan islam
Adapun dasar pendidikan islam ada dua:
1.Dasar ideal, Al-Qur’an dan Al-Hadis
2.Dasar operasional,
-Historis
-Filosofis
-Ekonomi
-Politik
-Sosiologis
-Psikologis

3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan, batas akhir yang dicita-citakan dan dijadikan pusat perhatian untuk dicapai. Tujuan pendidikan, batas akhir melalui usaha pendidikan, ada empat:
-Nasional, mencerdaskan kehidupan berbangsa, mengembangkan potensi dll
-Institusional, tujuan yang dicapai oleh sebuah lembaga, PT, dll
-Kurikulum, tujuan yang dicapai oleh suatu mata pelajaran atau kuliah
-Intruksional, tujuan yang ingin dicapai dari setiap penyabaran meteri
Jadi tujuan pendidikan islam menurut M. Athiyah Al-Abrasyi:
1.Tujuan tertinggi, tercapai akhlak yang sempurna
2.Tujuan umum,
3.Tujuan akhir, menjaid manusia sebagai makhluk yang bertaqwa dan meninggal dalam keadaan beragama islam

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
            Prinsip pendidikan adalah Sebuah pegangan yang dipakai dalam kegiatan yang diyakini akan kebenaranya. Beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip pendidikan yakni:
1.Prinsip Berwawasan Nilai
2.Prinsip Percaya pada Diri Sendiri
3.Prinsip Kebebasan untuk Memilih
4.Prinsip Kreatif
Menurut Abudin Nata prinsip secara pendidikan islam ada lima, yaitu:
¬Prinsip tujuan
1.Universal
2.Keseimbangan dan kesederhanaan
3.Kejelasan
4.Realisme dan realisasi
5.Dinamisme
¬Prinsip metode
1.Sesuai dengan psikologi anak
2.Sesuai dengan tujuan pelajaran
3.Memelihara tahap kematangan
4.Partisipasi praktikal (amal)
¬Prinsip kurikulum
1.Ruh Islamiyah
2.Universal
3.Balancing (Keseimbangan)
4.Sesuai dengan perkembangan psikologis anak
5.Memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya
¬Prinsip evaluasi
1.Objektifitas
2.Keadilan
3.Kejujuran
4.Keterbukaan
¬Prinsip hubungan guru-murid
1.Humanistik (Kemanusiaan)
2.Egaliter (Kesederajatan dalam pembelajaran)
3.Demokratis
5. Sumber-Sumber Pendidikan Islam
1.Al-Qur’an
            Merupakan sumber pendidikan utama bagi setiap muslim, sesungguhnya Allah telah memberikan pengetahuan dan pelajaran melalui wahyuyakni Al-Qur’an, dimana menduduki tempat paling utama dalam pengambilan sumber pendidikan islam.

2.Al-Sunnah
            Sunnah merupakan manivestasi atau penafsiaran Al-Qur’an yang paling baik, yakni berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi dimana dijadikan sumber pendidikan islam.
3.Kata-kata sahabat
            Sahabat adalah orang yang paling dekat dan bertemu langsung dengan Nabi, sehingga perkataan mereka dapat juga dijadikan sumber pendidikan islam
4.Kemashalatan masyarakat
            Maksudnya adalah suatuyang membawa manfaat dan menjauhkan dari mudarat, kemashalatan berkembang dan berubah sesuai dengan zaman dan berbeda menurut tempat.
5.Nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan sosial
            Berkaitan bawa pendidikan adalah usaha memelihara, pengembangan dan pewarisan nilai-niai budaya atau kebiasan sosial masyarakat yang positif.
6.Hasil pemikiran-pemikiran dalam islam
            Seperti pemikiran para filosofi, pemikir dan intelek muslim khususnya dalam bidan pendidikan dapat menjadi referendi pengembangan pendidikan islam.

MAKALAH ALAT-ALAT PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH
Alat – Alat Pendidikan Islam
Mata kuliah: Ilmu Pendidikan Islam

Di susun oleh:
Masruroh
1101210478
Jurusan Tarbiyah
Prodi Pendidikan Bahasa Arab
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Pontianak
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
            Dalam pemanfaatan alat, erat kaitannya dengan mutu sekolah, juga tidak terlepas dari persediaan dana, apabila alat-alat peraga, alat bantu dalam pengajaran fisika, biologi, anatomi atau geografi, pendidikan agama. Banyak konsep pengetahuan yang harus dipelajari murid yang amat sulit, bahkan tidak mungkin dipahami tanpa bantuan alat pelajaran. Bagaimana membayangkan pengajaran anatomi manusia tanpa bantuan alat berupa tiruan tubuh manusia? Pengajaran tentang haji dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan bantuan rekaman video, pengajaran salat demikian juga.
            Sekalipun sederhana, tokoh-tokoh pendidikan Islam dahulu mengetahui pentingnya alat-alat bagi peningkatan mutu pendidikan. Dimulai dari amat sederhana, sampai penggunaan alat yang modern, dilihat dari sudut perkembangan teori pendidikan ketika itu.
            Pada masa permulaan Islam, alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran amat sederhana. Pengajaran kadang-kadang di rumah dan di masjid. Rumah Rasululullah maupun rumah Arqam bin Abi Arqam pernah digunakan oleh para sahabat untuk mempelajari pokok ajaran Islam dan pengajaran hapalan Alquran. Atas pertimbangan ketentraman penghuni rumah tangga, maka kegiatan dipusatkan di masjid.
            Berdasarkan berbagai sumber dapat diketahui bahwa yang paling diistimewakan oleh orang Islam pada zaman pertengahan dalam pembangunan sekolah ialah perpustakaan. Dari bahan bacaan itu kita mengetahui bahwa orang Islam pada zaman pertengahan telah mengetahui benar perlunya peralatan bagi pembangunan sekolah. Peralatan sekolah yang dapat disediakan mereka dapat dikatakan amat maju ketika itu.
           















BAB II
PEMBAHASAN
            Jika faktor-faktor pendidikan hanya berupa kondisi atau situasi, maka alat-alat pendidikan sudah berbeda bentuknya. Alat-alat pendidikan berupa perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang secara konkret dan tegas, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Tindakan-tindakan sebagai alat pendidikan dapat berbentuk seperti peraturan-peraturan, tata tertib, tetapi juga merupakan tindakan yang nyata seperti halnya dengan tindakan hukuman. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan selanjutnya.
            Semua tindakan, perbuatan dan sikap pendidik harus dapat menciptakan situasi edukatif yang memungkinkan anak didik menambah pengalaman atau memperoleh pengalaman baru. Di dalam situasi interaksi dan komunikasi edukatif berlangsungnya proses transformasi, sosialisasi dan kanalisasi nilai-nilai pemanfaatan deduktif metodik yang efektif oleh pendidik mempunyai peranan yang besar. Di sini pendidik berfungsi sosial kultur sebagaimana yang dikemukakan oleh Karl Hoinz Flaching dalam majalah Education volume 09 tahun 1974 Universitas Hamburg, yaitu sebagai komunikator, inovator dan emansipator.
1. Pengertian Metode Dan Alat Pendidikan Islam
            Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui idan “hodos” yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa arab metode disebut “Tariqah” artinya jalan, cara, sitem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengtur suatu cita-cita
Sedangkan pendidikan Islam yaitu bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma Islami agar berbentuk kepribadian menjadi kepribadian muslim.
            Selanjutnya yang disebut metode pendidikan Islam disini adalah jalan, atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim. Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan Islam.
            Metode dan alat pendidikan Islam yaitu cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia berkepribadian muslim yang diridai oleh Allah. Oleh karena itu metode dan alat pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur'an dan As-Sunah atau dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an dan A-Sunah.
2. Pentingnya Metode Dan Alat Pendidikan Islam
            Metode dan alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam yang terbentuknya kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila timbul permasalahan di dalam Pendidikan Islam, maka kita harus dapat mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang ada. Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor metode alat ini, maka kitapun harus pandai memperinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi masalah metode pendidikan yang lebih kecil dan terperinci lagi. Misalnya dalam segi apa dari masalah metode dan/atau alat apa? Memang masalah metode ini sangat penting, karena itulah Rasulullah mengajarkan kemampuan dan perkembangan anak didik.

Rasulullah SAW bersabda:
نَحْنُ مَعَاشِرَاْلأَنْبِيَاءِأُمِرْنَاأَنْ أَنْزَلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ وَنُكَلِّمَهُمْ عَلَى قَدْرِعُقُوْلِهِمْ. (الحديث)
Artinya:
“Kami para Nabi, diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akalnya.”
(Al-Hadits)
            Dari Hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam menyampaikan materi dan bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-benar disesuikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik. Sebaliknya, kita harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut sedemikian rupa sesuai dengan taraf kemampuan anak, tetapi dengan cara serta gaya yang menarik.
3. Jenis-Jenis Metode Dan Alat Pendidikan Islam
            Apabila umat Islam mau memperlajari pelaksanaan pendidikan Islam sejak jaman silam sampai sekarang ternyata para pendidik itu telah mempergunakan metode pendidikan Islam yang bermacam-macam, walaupun diakui metode yang digunakan ada kekurangannya. Pada dasarnya Islam tidak menggariskan secara jelas mengenai metode pendidikan Islam ini, hal ini diserahkan kepada kaum muslimin untuk memilih metode mana yang cocok dan yang tepat untuk digunakan.
Islam menjelaskan bahwa ajaran dalam kitab suci ada dua macam yaitu yang sudah jelas nashnya dan belum jelas apa yang dimaksdu nash tersebut. Terhadap nash yang sudah jelas, maka umat Islam tinggal melaksanakannya. Sedangkan yang belum jelas maksudnya, manusia diperintahkan untuk mengkaji, meneliti dan berusaha untuk memecahkannya. Berkenaan dengan masalah itu Rasulullah SAW. Bersabda” Jika ada urusan agamamu, serahkanlah ia kepadaku. Jika ada urusan keduniaanmu, maka kamu lebih mengetahui akan urusan duniamu itu.” Berbagai macam ilmu sperti antropologi, psikologi, botani, ilmu kimia, kedokteran, teknologi, pendidikan dan lain sebagainya, adalah merupakan scientific yang dimiliki dan dikembangkan manusia. Kesemuanya menjadi wewenang manusia untuk mendalami, mengembangkan bahkan menemukan hal-hal baru yang selama ini belum ada tetapi yang perlu diingat agar pertemuan baru tersebut tidak boleh bertentangan dengan sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadits Rasul.
            Prinsip-prinsip lain yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan hidup manusia di dunia yaitu sabda Rasul:
يَسِّرَاوَلاَتُعَسِّرَاوَلاَتُنَفِّرَا وَتَطَا وَعَاوَلاَتَخْتَلِفَ.
Artinya:
“Mudahkanlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar yang menyusahkan sehingga mereka lari menjauhkan diri darimu, saling taatlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan kamu.”
(Al-Hadits)

            Dari Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk di dalamnya penyelenggaraan (metode) pendidikan Islam mendasarkan kepada prinsip:
a. Memudahkan dan tidak mempersulit
b. Menggembirakan dan tidak menyusahkan
c. Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaran
Dalam suatu Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Abu Daud, Tirmizi dan lain-lain dan Muaz disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyambut gembira terhadap sikap sahabatnya (Muaz) sewaktu beliau memanggil untuk diutus sebagai qadli ke Yaman. Rasulullah bersabda: “Kalau tidak kamu dapati baik dalam kitabullah maupun sunah Rasul?”
            Muaz menjawab “Saya akan berijtihad (berusaha) dengan pikiran saya”. maka Rasulullah menepuk dada (karena girang) sambil berkata “Alhamdulillah, Tuhan telah memberi petunjuk utusan Tuhan kepada apa yang ridhoi Rasulullah).”
Dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr ayat 2 dikatakan:
فَاعْتَبِرُوْايَآأُولىِ اْلأَبْصَارِ (الحشر : 2)
Artinya:
“Maka ambilah itibar (pelajaran) wahai orang – orang yang mempunyai pandangan.”
Islam menganjurkan kepada umatnya agar mempunyai pandangan luas. Melihat dan menerima pendapat atau ilmu dari siapapun asalkan ilmu tersebut mendatangkan keuntungan dan kemanfaatan bagi kehidupan manusia dan ilmu tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Artinya:
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”
            Kita semuanya mengetahui bahwa negara RRC, mayoritas adalah komunis walaupun diakui pula bahwa di daerah itu terdapat warga negara yang beragama Islam berjumlah + 80.000.000 jiwa dari jumlah seuruhnya yang berjumlah 800 juta jiwa. Tetapi dari Hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa Islam selalu menuntut umatnya untuk menuntut ilmu tanpa harus dibatasinya oleh agama, daerah dan subjek ilmu yang dipelajari.
            Dari kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh umat Islam selama ini terutama di bidang pendidikan Islam ternyata mereka telah melaksanakan berbagai kegiatan antara lain:
a. Mendidik Dengan Cara Memberikan Kebebasan Kepada Anak Didik Sesuai Dengan Kebutuhan
            Tindakan ini dilakukan berkat adanya sabda Nabi Muhammad SAW:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍاِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الفِطْرَةِ .... (رواه مسلم )
Artinya:
“Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali menurut fitrahnya.”
(HR Muslim)
            Pemberian kebebasan itu tentunya mutlak (tidak terbatas) melainkan dalam batas-batas tertentu sesuai dengan kebutuhan, sebab anak adalah masih dalam proses pertumbuhan dan belum memiliki kepribadian yang kuat, ia belum dapat memilih sendiri terhadap masalah yang dihadapi, karena ini memerlukan petunjuk guna memilih alternatif dari beberapa alaternatif yang ada.
Rasulullah SAW, bersabda:
مُرُواالصَّبِيَّ بِالصَّلاَةِ إِذَ ابَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَإِذَابَلَغَ عَشَرَ سِـنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا
Artinya:
“Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumur tujuh tahun dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka pukul ia.”
(HR. Tirmizi)
            Dari Hadits tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua (pendidik) harus dapat bersikap tegas sesuai dengan kebutuhan, yaitu bilamana kebebasan yang diberikan itu disalahgunakan seperti ia berbuat semaunya sendiri, sampai-sampai ia meninggalkan salat, maka pendidik harus berusaha keras untuk meluruskan perbuatan salat itu, jika diperlukan ia diperbolehkan memukul anaknya.
Cara mendidik demikian disebut:
طَرِيْقَةُ الدِّ مُقْرَاطِيَّةِ الضَّعِيْفِيَّةِ
Artinya:
“Metode pendidikan demokrasi yang luwes.”
            Metode pendidikan ini menuntut kepada pendidik sekali waktu membiarkan anak didiknya untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya, sekali waktu menguasai, mengawasi dan membatasi anak agar tidak terjerumus kepada perbuatan salah dan sekali waktu pula berada di tengah-tengah anak didik agar dapat memacu, menimbulkan semangat beramal, berlomba-lomba dalam mencari kebajikan.
b. Mendidik Anak Dengan Pendekatan Perasaan Dan Akal Pikiran
            Setiap orang cinta dan sayang kepada anak keturunanya dan berusaha dengan segala kemampuannya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi orang yang baik dan berguna. Karena itulah maka para Nabi dari zaman ke zaman selalu berdoa agar mereka dikaruniai anak yang saleh dan dapat melanjutkan perjuangannya.
Nabi Ibrahim As. Berdoa:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ (الصافات : 100)
Artinya:
“Ya Tuhanku! Anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)
            Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Tuhan kepada ibu bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan dipelihara, dan setiap pemeliharaan mengandung unsur kewajiban dan tanggung jawab terhadap pemeliharaan yang telah dilakukannya.
Hakikat dan fungsi amanah tentang pemeliharaan anak itu mengandung arti dan nilai yang lebih jauh lebih luas daripada amanah-amanah yang lainnya. Sebab di dalamnya terjalin dan melekat secara langsung kepentingan manusia, baik dilihat dari segi biologis maupun dari segi sosiologis.
            Setiap orang tua, terbawa oleh pertalian darah dan turunan (biologis) dipertautkan oleh satu ikatan atau (unsur) yang paling erat dengan anaknya, yang tidak terdapat pada hubungan-hubungan yang lain. Hubungan itu disebut naluri (instink). Tiap-tiap orang tua mempunyai naluri cinta dan kasih kepada anaknya. Cinta dan kasih itu adalah sedemikian rupa sehingga setiap orang tua dengan rela mengorbankan segala apa yang ada pada mereka untuk kepentingan anaknya.
Dilihat dari sudut sosiologisnya, orang tua berusaha supaya anaknya menjadi orang baik dalam masyarakat, dapat memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan mendatangkan manfaat kepada orang lain
            Untuk menuntun anak agar tumbuh dan berkembang sebagaimana tersebut di atas, maka pendekatan yang dilakukan ialah dengan jalur akal emosi/perasaan.
Demikian pula pendidikan terhadap anak, baik dalam pendidikan formal, informal maupun non formal pendekatan yang lebih mengena dan lebih tepat yaitu secara akal dan perasaan. Metode pendidikan demikian itu di dalam bahasa arab disebut:
طَرِيْقَةُ اْلعِلْمِيَّةِ الشُّعُوْرِيَّةِ
Artinya:
Metode pendekatan yang mencakup akal dan perasaan secara sekaligus. Metode pendidikan ini menekankan segi pikiran yang tajam dan perasaan yang halus.

c. Mendidik Anak Secara Informal
            Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mendidik anaknya agar kelak menjadi manusia yang saleh, taqwa kepada Allah dan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Rasulullah bersabda:
اَلْزِمُوْاأَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْاأَدَبَهُمْ
Artinya:
“Perhatikanlah anak-anak kamu dan bentuklah budi pekertinya sebaik-baiknya.”
Allah berfirman:
يَآأَيُّهَاالًّذِيْنَ آمَنُوْاقُوْآأَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِكُمْ نَارًاوَّقُوْدُهَاالنَّاسُ وَاْلحِجَارَةُ... (التحريم: 6)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman : Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu……”
(OS. Attahrim: 6)
            Pendidikan di dalam keluarga umumnya dilakukan secar informal yaitu pendidikan yang telah menggunakan perencanaan, kurikulum, jam pelajaran dan lain-lain, tetapi kesemuanya dilakukan dengan santai tanpa dibatasi oleh tempat maupun waktu, namun diharapkan keberhasilan pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan. Pada saat-saat tertentu metode ini sangat baik digunakan.
d. Mendidik Anak Secara Formal
            Sejak permulaan perkembangan Islam, umat Islam telah menyelenggarakan pendidikan formal. Rasulullah sendiri seringkali mengajarkan wahyu yang diterimanya dari Allah (lewat malaikat Jibril) kepada para sahabat di rumah Arqam ibnu Arqam.
            Pada waktu perang Badar ada beberapa orang musuh (kaum Quraisy) yang tertawan oleh kaum muslimin. Di antara tawanan itu banyak yang pandai membaca dan menulis. Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada tawanan yang pandai tulis baca untuk menebus dirinya dengan mengajarkan tulis baca kepada 10 orang anak-anak Madinah. Setelah anak-anak itu pandai membaca dan menulis, mereka dibebaskan sebagai tawanan dan kembali ke negerinya. Sesudah itu umat Islam mengambangkan pendidikan formal dalam berbagai tingkat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak kaum muslimin. Dengan pendidikan formal ini membawa keuntungan yang sangat besar, sebab pendidikan menjadi lebih baik, sebab sasaran, materi yang diberikan dan tujuan yang hendak dicapai jelas. Dewasa ini pendidikan sudah semakin berkembang dan meluas baik dilaksanakn dengan sistem madrasah (klasikal) seperti madrasah. Madarasah Diniyah atau non klasikal (non madrasah) seperti pesantren. Dan lain sebaginya.
            Ustadz Muhammad Said Ramadhan Al-Buwythi dalam bukunya yang berjudul Al-Manhajut tarbawi farid Fil quran, menyatakan bahwa ada 3 macam asas dasar yang dipakai Al-Qur'an untuk menamkan pendidikan, yaitu:
1. Mahkamah aqliyah, mengetuk akal pikiran untuk memecahkan segala sesuatu. Di dalam tingkat ini Al-Qur'an menyadarkan setiap akal manusia untuk memikirkan asal usul dirinya, mulai dari awal kejadiannya, kemudian perkembangannya baik fisik maupunn akal dan ilmunya ataupun mental spriritual. Sesudah itu dibawanya ke alam cakrawala yang luas terbentang ini, yang semuanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat diikuti oleh orang-orang awam dan dapat dijadikan bahan penyelidikan secara ilmiah oleh para sarjana.
            Berhakim kepada akal dan ilmu, dengan menggunakan akal itu disebut dalam Al-Qur'an sampai 29 kali, pikiran 18x, ingatan (zikir) sampai 267x, pemikiran yang mendalam (fih) 20x dan ilmu sampai 800 x (termasuk khusus kata-kata ilmu 105x), sehingga berjumlah: 1.154 x, menurut manusia berhukum kepada akal dan ilmunya.
2. Al-Qisas Wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah. Dengan mengemukakan berbagai cerita/peristiwa, dan membuka lembaran-lembaran sejarah di masa lampau, Tuhan mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta dan data di masa dahulu itu untuk melihat dirinya, berbagai cerita yang disebut oleh Al-Qur'an menghidupkan sejarah-sejarah lama untuk memberanikan hat manusia untuk jaman yang dihadapnya dan masa-masa depan terbentang untuk diisi dengan pendidikan kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Menemph jalan ini, yaitu cerita dan sejarah, lebih mudah meresapkan kepada anak mereka.
3. Al-Isarah Al Widaniyah memberikan perangsang kepada perasaan-perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan –perasaan, adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada anak-anak/pemuda-pemuda. Dan perasaan-perasaan itu terbagi kepada:
a) Peraaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan harat yang benar dan seumpamanya;
b) Peraaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kedzaliman) dan seumpamanya dan
c) Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian, dan lain sebagainya
            Memberikan perangsang terhadap perasaan-perasaan ini menurut tempat dan waktunya yang tepat, menimbulkan kesan yang mendalam kepada anak-anak/pemuda-pemuda yang kita didik. Sebab itu sebagai Pendidik Tertinggi maka Tuhan menyebutkan dalam Surat Al-Fatah ayat 8 bahwa Nabi Muhammad adalah memiliki sifat utama, yaitu:
a) Syahidan (penggerak perasaan-perasaan)
b) Mubasysiran (pembaa berita gembira), dan
c) Naziran (pembawa peringatan untuk menahan dari kejahatan)
            Menurut Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut tarbiyah islamiyah menyatakan bahwa teknik atau metode pendidikan Islam itu ada 8 diataranya
1. Pendidkan melalui keteladanan
2. Pendidkan melalui nasihat
3. Pendidkan melalui hukuman
4. Pendidkan melalui cerita
5. Pendidkan melalui kebiasaan
6. Pendidkan melalui kekuatan
7. Pendidkan melalui kekosongan
8. Pendidkan melalui cerita cerita




BAB III
KESIMPULAN
            Dari makalah dapat disimpulkan bahwa alat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasilnya pendidikan. Hal-hal  atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasilnya pendidikan disebut faktor-faktor pendidikan.
            Alat pendidikan adalah segala bentuk alat yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak-anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi berkepribadian muslim yang diridai oleh Allah Swt. Bila semua alat pendidikan di kalangan umat Islam amat sederhana, maka pada zaman pertengahan sudah ada ruangan yang luas untuk tempat perkuliahan, sudah ada asrama untuk mahasiswa, juga ada rumah-rumah pengajar, dilengkapi tempat rekreasi, kamar mandi, dapur dan ruang makan.








DAFTAR PUSTAKA
H. Nur Uhbiati, 2005, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, CV Pustaka Setia.